Chathaulos

Penggunaan Ulos Sebagai Hande-Hande : Adaptasi Pemakaian di Berbagai Acara

Berbicara mengenai ragam budaya, Indonesia juaranya. Ada banyak ragam budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan beberapa budaya Indonesia juga sudah diakui oleh dunia dan dicatat oleh UNESCO seperti batik, wayang, angklung, keris, tari-tarian (kecak, barong, pendet), dan beberapa lagu daerah seperti Sayang-Sayange serta Jali-Jali.

Diantara semua budaya yang sudah diakui tersebut, salah satu ragam budaya yang cukup populer dan sering dibicarakan adalah batik. Batik memiliki banyak corak dan bentuk yang cukup sering digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu gaya berbusana yang digemari di berbagai acara seperti acara kondangan maupun sebagai salah satu pakaian wajib anak sekolahan/kantoran. Selain pakaian wajib, corak batik sendiri diaplikasikan dalam banyak jenis pakaian lainnya seperti salah satunya adalah selendang.

Jika Anda pernah melihat kain panjang tradisional yang biasa digunakan oleh perempuan, maka itulah yang disebut selendang. Sebagai salah satu pakaian tradisional, kebanyakan dari motif selendang adalah motif batik. Seperti layaknya pakaian tradisional Indonesia, ada banyak jenis selendang yang dimiliki oleh setiap daerah.

 

Proses pembuatan ulos via lifestyle okezone

Selendang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai hiasan selempang untuk mempercantik penampilan, melindungi kepala dari cuaca panas, menutupi bagian bawah tubuh, dan juga bisa dibentuk sebagai gendongan anak. Anda dapat melihat penggunaan selendang di berbagai peresmian upacara seperti upacara pernikahan, kehamilan, upacara kelahiran dan kematian, serta di berbagai acara yang menampilan tari tradisional. Sesuai dengan tema artikel kali ini yang membicarakan tentang selendang, maka selendang yang akan diulas kali ini adalah selendang yang berasal dari Batak yaitu hande-hande.

Hande-hande adalah bagian dari gaya berbusana kain ulos yang merupakan kain tenun yang langsung dibuat dari leluhur Suku Batak. Ulos memiliki fungsi sebagai selimut yang menghangatkan tubuh. Selain berfungsi sebagai selimut, ulos juga dapat berfungsi sebagai selendang dengan motif-motif khas dan menarik ala Batak.

Salah satu fenomena budaya yang menarik dari kain ulos adalah kepopuleran kain tersebut di luar kampung halamannya (Sumatera Utara/Medan). Aryani dan Sianturi (2018) dalam jurnalnya mengatakan bahwa selain pemberian ulos kepada orang-orang terdekat yang biasanya masih berasal dari suku yang sama (sama-sama Batak), maka ketika ulos diberikan kepada orang di luar Suku Batak, maka sang pemberi ulos telah menunjukkan penghormatan dan kasih sayang terhadap penerima ulos (contoh pejabat atau kepala negara). Pemberian ulos adalah sebuah harapan dan doa dari pemberi ulos terhadap penerima ulos agar dalam menjalankan tugasnya dapat diberikan kehangatan dan menyebarkan kasih sayang terhadap rakyat dan juga orang-orang yang dipimpinnya.

Menurut Tanobatak (2007), ada beberapa jenis ulos yang biasa digunakan yaitu ulos jugia, ulos ragidup, ulos tagi hotang, ulos sedum, ulos runjat, ulos sibolang, ulos suri-suri ganjang, ulos mangiring, ulos bintang maratur, ulos sitoluntuho-bolean, dan ulos jungkit. Dari sekian jenis ulos, ada dua jenis ulos yang dapat digunakan sebagai hande-hande yaitu ulos suri-suri ganjang dan ulos bintang maratur.

Ulos suri-suri ganjang via greatnesia

Ulos suri-suri ganjang biasa disebut juga sebagai ulos suri-suri. Ulos suri-suri memiliki corak yang berbentuk sisir memanjang. Menurut Simatupang (2018), ulos ini digunakan untuk kegiatan mangulosi (pemberian ulos kepada pengantin) dari pihak parboru (pihak pengantin perempuan) kepada putri yang menikah. Adapun pihak yang menggunakan ulos ini adalah margondang (pihak yang menari dengan alunan musik Batak yaitu memukul gendang) dan hula-hula (orang tua dari pihak istri). Ketika margondang dilakukan, ulos ini dipakai oleh hula-hula untuk menyambut pihak boru (keturunan). Salah satu kelebihan dari ulos suri-suri adalah panjang ulosnya yang melebihi panjang ulos biasa sehingga dapat digunakan sebagai ampe-ampe (hande-hande) yang mencapai dua kali lilit sehingga seperti menggunakan dua buah ulos. Corak beriringan yang dimiliki oleh ulos suri-suri melambangkan kesuburan dan kesepakatan.

Ulos bintang maratur via gobatak

Ulos yang kedua selain ulos suri-suri yang dapat digunakan sebagai hande-hande adalah ulos bintang maratur. Mengapa disebut bintang maratur? Karena coraknya yang menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Lambang jejeran bintang yang teratur memiliki arti orang yang patuh dan rukun didalam ikatan keluarga, sinadongan (kekayaan), dan hasangapon (kemuliaan) yang seimbang (rata/sama). Ulos ini dapat digunakan sebagai hande-hande atau tali-tali (saong) di kehidupan sehari-hari.

Penggunaan ulos bintang maratur via gobatak

Dikutip dari gobatak, ulos bintang maratur berasal dari dua daerah yang dilihat berdasarkan asal pembuatnya yaitu dari Tapanuli (Tarutung) dan Toba (sekitar Balige dan Samosir). Perbedaan dari kedua ulos terdapat pada motif tambahannya. Motif yang berasal dari Tapanuli memiliki gambar bintang besar di bagian kepala ulos atau di kedua bagian dari ujung ulos.

Sebagai bagian dari mempromosikan Ulos agar lebih dikenal dan dicintai masyarakat Indonesia dan mancanegara, Chathaulos berinovasi dengan mengeluarkan produk hande-hande yang diaplikasikan dengan series jawa, manik-manik dan sulaman buatan tangan/handmade agar pemakainya lebih terlihat berbeda, unik dan bergaya.

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan hande-hande?

Share :