Sebagai salah satu acara yang sakral, sangat bisa dipahami jika sebagian besar orang tertarik untuk mengadakan resepsi pernikahan. Mengundang banyak tamu, pengantin berdandan cantik dan berpakaian anggun, banyak suguhan makanan dan minuman enak, hiburan yang menarik perhatian tamu undangan, dan sebagainya. Ada banyak jenis resepsi pernikahan di Indonesia, tergantung dari konsep resepsi yang sudah disepakati oleh masing-masing pengantin beserta keluarga.
Namun, sebelum kita sampai ke acara resepsi pernikahan, kira-kira apa sajakah persiapan yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan pernikahan yang sakral dan berkesan bagi kedua belah pihak? Ada banyak adat pernikahan di Indonesia, mengingat Indonesia memiliki banyak jenis suku. Namun pada artikel kali ini, kita akan membahas secara spesifik adat pernikahan dari Suku Batak
Mengapa adat pernikahan Suku Batak? Karena Suku Batak sangat menghormati adat istiadat yang mereka miliki, salah satunya pernikahan. Dan uniknya lagi, pernikahan antar suku Batak memiliki rangkaian adat yang berbeda-beda. Jadi, bagi kamu yang akan melangsungkan pernikahan dengan orang Batak, yuk nggak ada salahnya untuk mengenal lebih jauh budaya dari salah satu suku terbesar di Indonesia ini!
Adat pernikahan Suku Batak Mandailing via pinterest
Ibrahim (2023) dalam jurnalnya yang membahas tentang tata cara pernikahan Suku Mandailimg mengatakan bahwa ada beberapa tahapan dari upacara adat Suku Batak Mandailing yaitu tahapan pra nikah dan nikah. Tahapan pra nikah dimulai dari manggarirt boru (pihak dari orang tua pria menjelaskan bahwa anak laki-laki memiliki hubungan dengan anak perempuannya), padomos hata (pihak keluarga pria datang kembali ke rumah keluarga wanita untuk meminang), patobang hata (peminangan secara resmi), mangalehen mangan pamunan (makan perpisahan), dan manulak sere (menentukan jumlah mas kawin dan hantaran yang akan dibawa).
Untuk tahapan pernikahan sendiri dimulai dari akad nikah, pasahat mara (menyerahkan keselamatan), mangalo-alo boru dan manjagit boru (mengarak pengantin), marpokat haroan boru (melakukan musyawarah terkait kedatangan dari pengantin perempuan), pataon raja-raja adat (memberi tahu kepala adat dan kerabat terdekat), panaek gondang (memainkan gordangsembilan), mata ni horja (puncak acara di rumah suhut), membawa pengantin ke Tapian Raya lalu memberi gelar dan mengungkapkan kegembiraan, setelah itu ada acara ajar poda yaitu acara memberi nasihat kepada pasangan pengantin baru, mangoloi na loja (makanbersama), dan marulak ari / mebat (berkunjung ke rumah orang tua pengantin perempuan).
Adat pernikahan Suku Batak Simalungun via pinterest
Waruwu (2019) dalam jurnalnya yang membahas tentang pernikahan Suku Batak Simalungun mengatakan bahwa secara umum, rangkaian pernikahan di Suku Batak Simalungun terbagi atas dua sesi yaitu sesi pra nikah dan pesta pernikahan.
Sesi pra nikah terdiri dari mangarisika, marhori-hori dinding, marhusip, pudun sauta, martumpol, dan martonggo raja. Mangarisika adalah tahap paling awal dari pernikahan adat Batak Simalungun yaitu masa peminangan yang dilakukan oleh calon mempelai pria dengan cara mendatangi calon mempelai wanita ke rumahnya dengan membawa cincin emas dan kain khas Suku Batak Simalungun. Setelah itu, ada marhori-hori dinding atau marhusip yaitu tahap perkenalan antara keluarga mempelai pria dan keluarga mempelai wanita yang hanya diketahui oleh pihak keluarga kedua mempelai saja (belum diketahui secara umum). Setelah marhori-hori dinding terlaksana, selanjutnya adalah kegiatan pudun sauta yaitu pihak keluarga wanita dan pria menentukan waktu pelaksanaan martumpol (perjanjian pernikahan antar sepasang calon pengantin dihadapan pendeta gereja) dan pamasu-masuon (pemberkatan pernikahan). Setelah martumpol dan pamasu-masuon terlaksana, maka dilaksanakan martonggo raja / mariah raja yaitu acara pra pernikahan yang melibatkan masyarakat dan permohonan izin untuk penggunaan fasilitas umum saat pesta pernikahan berlangsung. Semua tahapan ini dilakukan untuk kelancaran proses pernikahan di gereja.
Setelah pernikahan di gereja, sesi pesta pernikahan dilanjutkan dengan pesta pernikahan yang berlangsung di sebuah gedung. Jika kamu tertarik untuk bertanya-tanya lebih lanjut tentang simulasi pernikahan di Gedung ala Suku Batak Simalungun, silakan datang ke rangkaian acara Wedding Batak Exhibition pada tanggal 7 – 8 September 2024 di Gedung SMESCO, Jakarta.
Adat pernikahan Suku Batak Toba via pinterest
Purba (2022) dalam skripsinya yang membahas tentang pernikahan menurut hukum adat Batak Toba, mengatakan bahwa sebelum melakukan pernikahan, calon mempelai terlebih dahulu melaksanakan acara patua hata dan marhusip. Patua hata dimulai dari tahapan dalihan natolu yaitu pihak mempelai wanita yang datang ke rumah mempelai pihak pria untuk membicarakan kesepakatan antara pihak orang tua dan keluarga agar hubungannya dapat disahkan di hadapan dongan tubu (saudara pria dari keturunan satu marga), dongan sahuta (keluarga batak dengan marga yang berbeda dengan marga di kampung kelahiran), dan boru dari kedua belah pihak.
Setelah tahapan pra nikah terlaksana, maka langkah selanjutnya adalah tahapan menuju pernikahan. Tahapan awal pernikahan yang dilakukan adalah marhusip yaitu tahapan awal dalian natolu yaitu menindak lanjuti kesepakatan antara pihak parboru (pihak wanita) dengan pihak paranak (pihak pria) untuk membicarakan rencana pesta pernikahan adat. Setelah itu, pihak pria akan melaksanakan acara patua hata dan marhusip yang membahas tentang sinamot (uang yang dianggap sebagai mahar atau mas kawin) yang harus dibayar oleh pihak pria kepada pihak wanita dalam acara pernikahan.
Adat pernikahan Suku Batak Karo via pinterest
Sitepu (2021) dalam jurnalnya yang membahas tentang upacara adat pernikahan Suku Batak Karo mengatakan bahwa ada enam tahapan pernikahan Suku Batak Karo yaitu nangkih, ngembah belo selambar, nganting manuk, mata kerja, mukul, dan ngulihi tudung.
Nangkih atau kawin lari adalah kedua mempelai sepakat untuk menikah namun mereka tahu bahwa orang tua wanita tidak mengizinkannya. Tahapan nangkih tidak perlu dilakukan jika calon pengantin pria sudah berusaha untuk menemui orang tua pihak wanita terlebih dahulu sebelum melangsungkan pernikahan.
Ngembah belo selambar adalah tahapan ketika seorang pria melamar wanita Karo dan dilaksanakan di rumah wanita. Jika zaman dahulu jumlah tamu hanya 15-30 orang, kalau zaman sekarang jumlah tamu undangan bisa mencapai 300-400 orang sehingga pelaksanaannya harus di gedung pertemuan atau aula. Pada tahapan ini, mahar sudah dibicarakan. Nganting manuk adalah acara lanjutan dari ngembah belo selambar dan biasanya digabung dalam satu acara.
Inti dari acara pernikahan Batak Karo adalah mata kerja. Pada tahapan ini, ada pelaksanaan pembayaran hutang adat yang harus disampaikan oleh orang tua dari calon mempelai wanita yang dilaksanakan di tempat tinggal calon pengantin wanita . Selain itu, calon mempelai wanita juga wajib membayar hutang jika dia melangkahi kakak atau abangnya untuk menikah.
Setelah acara kerja, kedua calon pengantin sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Acara mukul adalah acara menyatukan jiwa antara kedua pengantin dengan kedua pihak pria dan wanita. Di tahap ini, ada tradisi ngerebukan yaitu tabu untuk bicara atau bersentuhan antara ayah mertua dengan menantu wanita dan antara ibu mertua dan menantu pria. Mereka hanya bisa berbicara terakhir kali di acara mukul tersebut. Setelah itu, sang wanita sudah menjadi tanggung jawab pria sepenuhnya dan dibawa ke rumah orang tua pihak pria.
Setelah acara mukul, ada acara ngulihi tudung yaitu etika dalam menjalin hubungan dengan keluarga mempelai wanita. Pengantin wanita mengambil barang-barang miliknya di rumah orang tuanya dan dihadiri oleh kerabat terdekat dari kedua belah pihak. Setelah itu, semuanya makan bersama dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan petuah-petuah kepada pengantin wanita dari orang tua wanita.
Adat pernikahan Suku Batak Pakpak via detik sumut
Pernikahan di Suku Pakpak adalah pernikahan yang menganut pernikahan berbeda marga. Berikut adalah tahapan pernikahan tradisional dari Suku Pakpak.
Sitari-tari atau sinima-nima adalah upacara pernikahan yang ideal dilakukan karena semua hak dan kewajiban antara pihak pengantin pria dan wanita terpenuhi. Tahapan dari pernikahan yang ideal tersebut adalah mengirit/mengindangi (meminang), mersiberen tanda burdju (tukar cincin), mengkata utang (menentukan mas kawin), dan muat nakan peradupen (mengundang kerabat atau keluarga).
Sohom-sohom adalah pernikahan yang dilakukan dengan upacara sederhana dan dihadiri oleh orang-orang terdekat saja. Pada tahapan ini, upacara pernikahan sudah memenuhi standar adat namun memiliki nilai ekonomi rendah. Menama adalah upacara yang mirip-mirip dengan sohom-sohom, bedanya sang pria dan wanita saling mencintai, namun pihak orang tua wanita tidak setuju.
Alternatifnya, mereka melakukan kawin lari dan membawa makanan (nakan sada mbari) sebagai permintaan maaf. Setelah itu, ada mengrampas yaitu tindakan membawa paksa istri orang lain, mengkeke yaitu menikahi janda dari adik atau abang laki-laki untuk memberi perlindungan atau karena abang atau adiknya meninggal, mengalih adalah laki-laki yang menikahi janda dari mantan istri abang/adiknya/orang lain, serta mencukung yaitu membawa paksa suami orang lain.
Bagaimana? Ternyata beragam sekali ya tradisi pernikahan di berbagai suku Batak di Indonesia. Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut adat istiadat dari setiap suku, silakan datang ke acara Wedding Batak Exhibition tanggal 7 – 8 September 2024 di Gedung SMESCO, Jakarta. Mengapa adat pernikahan Batak? Karena Batak untuk Indonesia.
Penulis:Â Lenia Iryani